Bertempat di Dusun Belahan, Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Koordinatnya menurut Wikimap adalah: 7°34’34″S 112°40’22″E.
5 km dari jalan raya Pelem, mengikuti papan penunjuk arah kita akan dibimbing menuju suatu sumber, yang konon airnya memiliki khasiat dapat membuat awet muda ini merupakan peninggalan sejarah yang dulu pernah dijadikan tempat pertapaan Prabu Airlangga setelah memisahkan diri dari Pemerintahan Kahuripan. Tidak hanya itu, Sumber ini dulu juga pernah difungsikan sebagai pemandian selir – selir Prabu Airlangga. Oleh karnanya, sebagai bentuk pengabadian, pada sumber tersebut dibangun 2 patung permaisuri Prabu Airlangga, yaitu Dewi Lasmi dan Dewi Sri. Dimana aliran air sumber tersebut mengalir melalui tetek salah satu patung yang berdiri disana.
Candi ini merupakan salah satu candi yang belum pernah dipugar mulai awal berdirinya sekitar tahun 1009 masehi, perhatian pemerintah untuk perawatan peninggalan sejarah tersebut dilakukan pada tanggal 11 November 2009 berupa pembangunan sebagian pagar pembatas dengan pagar beton. Pembangunan ini merupakan tindak lanjut pemerintah atas pengajuan pada tahun 2006 oleh Mas Caliyono yang bekerja sebagai juru kunci di tempat itu, sayangnya pembangunan tersebut hanya pada sebagian pagar pembatasnya saja, sebagian yang lain masih dipagari kawat berduri yang dibuat oleh juru kunci Candi tersebut.
Untuk pembangunan lain seperti kamar pemandian umum, papan nama, dan papan penunjuk arah dari jalan raya menuju candi merupakan bentuk sumbangan dari Perguruan Tinggi Walisongo, Gempol. Sedangkan tanaman lain disekitar sumber dan tempat berteduh (Pendopo) adalah hasil dari pembangunan juru kunci yang biayanya diambil dari mas Caliyono sendiri dan beberapa tamu yang menyumbang. Tamu atau pengunjung yang sebagian besar memberi sumbangan untuk dipakai perawatan adalah pengunjung malam hari yang menggunakan tempat ini sebagai sarana ritual, walaupun ada juga beberapa oleh pengunjung siang hari. Maka Mas Caliyono harus bertugas pada malam hari juga demi keamanan sekaligus menerima sumbangan jika pengunjung berkenan untuk menyumbang perawatan tempat tersebut. Dari jam kerja yang ditentukan Dinas Kebudayaan yaitu pukul 7 pagi hingga 3 sore, Mas Caliyono kembali menjaga dari pukul 8 malam hingga pukul 3 pagi, yang bukan termasuk jam jaga juru kunci.
Ada dua patung disana. Yang sebelah kiri adalah patung Dewi Sri dan yang dikanan adalah patung Dewi Lakshmi. Hanya patung Dewi Lakshmi sajalah yang mengeluarkan air, dari 4 lubang yang ada. Yaitu dari 2 telapak tangannya dan dari 2 puting buah dadanya (karena itulah candi ini juga tenar sebagai Candi Sumber Tetek)
Wikipedia menjelaskan:
Airlangga dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Pananggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu, disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanja Garasakan
Ada sumber lain yang menyebutkan bahwa ini adalah candi untuk abu Prabu Airlangga, tempat ini adalah peringatan akan makamnya sang prabu:
Merupakan tempat pemakaman Raja Airlangga berasal dari masa abad XI Masehi hal ini dibuktikan dengan candra sengkala yang terpahat pada sebongkah batu besar, berangka tahun 1049 masehi:
Bahan batu bata dan batu andesit, Petirtaan Belahan merupakan sebuah pemandian berbentuk kolam persegi empat yang mendapat pasokan air dari sebuah sungai kecil. Dinding sebelah barat belakang mengepras lereng Gunung Penanggungan dengan bentuk relung-relung yang dahulunya berisi arca perwujudan Airlangga sebagai Dewa Wishnu *note: patung ini disimpan di Museum Trowulan*:
Versi lain mengenai tempat ini ditulis di Wikipedia:
Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.
Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun pembangunan candi pemandian tersebut.
Sumber:
http://pandaanpaper.wordpress.com/2010/06/17/candi-belahan-sumber-tetek/
http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/candi-belahan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Airlangga
Mantab Kopinya
Tempat latian tuh...gunung pananggungan...minum air tetek...hahaha