Batik Pasuruan, Meski terbilang tertinggal dengan daerah lain yang lebih dulu dikenal akan motif batiknya, bukan berarti Pasuruan berdiam diri. Dengan objek keindahan wisata Pasuruan yang sudah banyak dikenal, para pengrajin pun menuangkannya dalam lukisan batik. Tiga yang cukup dikenal adalah batik sedap malam, jumputan bromo, dan bunga krisan.
Pilihan nama itu terbilang cukup cerdas, karena mengesankan nama yang unik dan indah. Kholifah, ketua batik Dinar Agung mengatakan, batik jumputan pasir Bromo memang diambil dari nama gunung Bromo, yang sudah terkenal. Nama Bromo sengaja diangkat untuk membuat penasaan para pecinta batik. Harapannya, grade batik Pasuruan naik dan mampu bersaing dengan potensi batik yang lebih dulu muncul. Dari sisi desain, batik jumputan pasir bromo bersifat abstrak, yakni berbentuk butiran-butiran pasir kecil, besar dan berlekuk. Selain gunung Bromo, kelebihan alam yang dimiliki di kawasan pegunungan Tutur, Nongkojajar, juga diangkat sebagai motif batik. Yakni bunga krisan. Bunga cantik ini memiliki aneka wana yang banyak dicari untuk hiasan rumah maupun acara pengantinan.
Untuk melukiskan betapa indahnya bunga Krisan, diambillah nama Wiyosing Ridi yang berarti sepasang kekasih yang menebar rasa kasih sayang untuk manusia dan alam sekitarnya. Pancaran bunga Krisan sangat kentara terlihat dalam batik Wiyosing Ridi tersebut. Bunga-bunga kecil berwarna-warni dengan garis lukisan yang lebih tegas. Untuk harga berkisar Rp 450 ribu hingga Rp 2,5 juta.
Ada juga batik nuansa bunga Anggrek yang diciptakan dalam nama Ciptaning Panca Kusuma Wijaya. Ada kisah yang tersimpan dalam nama Ciptaning Panca Kusuma Wijaya. Kisah itu terkait dengan perjalanan Raja Erlangga ke gunung Arjuna yang dipenuhi bunga-bunga Anggerk menawan. Satu lagi yang tak kalah menariknya adalah nama Welirang Gondomukti, yang menunjukkan sketsa gunung yang naik turun. Nama-nama batik tersebut sengaja dipilih yang njawani agar lebih klasik, dan tidak mudah dilupakan orang.
Selain namanya yang unik, Batik Pasuruan juga mulai dikenal karena mampu menciptakan pewarna kain batik buatan sendiri. Beberapa bahan dasar yang digunakan adalah daun mangga yang memunculkan warna hijau dan kulit kayu mahoni dengan warna merah. Bahan-bahan ini tentu akan memunculkan warna yang alami.
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit No. 12.312/19-03-2010 – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : ZONABIS, Media Informasi Kadin Wilayah Tengah, Volume II, (2009).
Sumber: http://jawatimuran.wordpress.com/2011/11/01/batik-pasuruan/
Post a Comment