Kopi Kaspandi yg juga dikenal dengan sebutan Kopi Sepur |
Hj. Anisah yang mengelola Griya Kopi Kaspandi. dia adalah generasi kedua dari keluarga pengusaha kopi tersebut. Kata Anisah, pihaknya sengaja mempertahankan desain lama kemasan kopi produksinya. Kata Kaspandi diambil dari gabungan nama pendirinya yaitu Kasiani dan M. Apandi. Usaha kopi menjadi bisnis turun-temurun keluarga Kaspandi. Sejak 1975, kendali usaha tersebut dipegang oleh Anisah.
Anisah mengaku, tak ada perubahan signifikan dalam kopi Kaspandi, meski produk tersebut merupakan warisan turun-temurun. Baik desainnya maupun kualitas kopi yang selalu dijaga, dengan menggunakan resep rahasia keluarga.Hanya saja, untuk peralatan produksinya yang memang berubah. Jika dulu sebelum saya, pada saat penggilingan menggunakan tenaga manual. Saat ini, sudah menggunakan mesin bertenaga listrik. Selain mempercepat proses produksi, juga meningkatkan kuantitas produksinya.
Untuk menjaga kualitas, kopi kaspandi tak sembarangan dalam memilih bahan baku. Biji kopi sebagai bahan baku utama diperoleh dari Perkebunan kopi yang berada di Jember. Menurut Anisah, dari sana biji-biji kopi bercita rasa tinggi bisa didapatkan. Latar belakang usaha kopi ini adalah budaya ngopi dan nyangkruk yang begitu kuat di daerah Pasuruan yang berjuluk kota Santri ini. Hal ini yang membuat Kasiani dan Apandi melirik usaha kopi sebagai bisnis yang potensial. Terlebih, pada masa itu produsen kopi masih sangat minim.
Menurut Anisah, dulu memang jarang pengusaha ataupun pabrikan yang menggeluti bisnis ini. Untuk menikmati kopi, sebagian besar dari masyarakat Pasuruan harus menumbuk biji kopi sendiri. Dari situ, ide mertua saya muncul untuk menggeluti bisnis ini. Pada awalnya, home industri kopi Kaspandi hanya mempekerjakan seorang karyawan. Walau begitu, seiring terjadi keluar masuk karyawan dengan berbagai alasan. Yang dipekerjakan adalah perempuan. Sampai saat ini, pabrikan kopi Kaspandi memiliki karyawan sejumlah empat orang. Keempatnya dipekerjakan untuk proses penggorengan, penggilingan, pengepakan dan pemasaran alias jaga toko.
Model pemasaran utama kopi Kaspandi sebenarnya sangat tradisional. Hanya memakai pemasaran MLM alias dari mulut ke mulut. Tapi Anisah percaya justru metode ini malah memiliki daya persuasif yang cukup tinggi untuk menarik konsumen. Berdasarkan yang saya ketahui, kala itu orang-orang datang dengan sendirinya. Tidak ada strategi khusus seperti sistem konsinyasi ke toko ataupun warung kopi sampai saat ini. Tapi tidak berarti kopi Kaspandi tidak tersentuh dengan pola pemasaran modern. Promosi kami sekarang lebih luas karena menggandeng agen ataupun mengikuti pameran ke Jakarta atau Bali. Sampai saat ini, pasar utamanya ada di wilayah Pasuruan. Kalau di luar Pasuruan, kami kurang begitu tahu merambah kemana saja. Yang jelas untuk Pasuruan sendiri, sudah tembus di beberapa supermarket.
Dalam sebulan, kopi kaspandi diproduksi hingga 600 kg. Harganya berkisar antara Rp 3 ribu sampai Rp 7500 per bungkus untuk kualitas dua. Dan Rp 5000 hingga Rp 11 ribu setiap bungkusnya untuk kaulitas nomor wahid. Dari usaha warisan ini, Hj Anisah mengaku mampu mengantongi omset jutaan rupaih. Setidaknya dalam sebulan, Rp 24 juta mampu diraupnya. Penikmat kopi, masih bisa dijumpai di beberapa tempat seperti di kawasan warung kopi mall Poncol Pasuruan
Kopi Sepur siap disruput Photo saya ambil waktu ngopi di warungnya Cak Yunus. Racaikan top markotop :) |
Sumber:
http://agribussines.blogspot.com/2011/07/kopi-kaspandi.html
http://www.antarafoto.com/spektrum/v1303813506/kopi-kaspandi
photo pic by http://web.stagram.com/n/ilalangkota/
Kopi dapat menyelesaikan pekerjaan anda di kantor? silahkan kunjungi Secangkir kopi menyelesaikan masalah pekerjaan anda, selamat mencoba, semoga bermanfaat. :)