Arti Lambang
Berdasarkan PERDA No. II/1988 Pasal.3 tentang bentuk lambang daerah, maka lambang Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut :
Perisai dengan warna hijau tua melambangkan sifat-sifat ketahanan dan ketabahan dalam mencapai kesejahteraan dan kedamaian.Bingkai warna hitam melambangkan garis-garis kebijaksanaan.
Pita bertuliskan “KABUPATEN PASURUAN” menunjukkan 1 daerah yang dilukiskan dalam lambang daerah.
Bentuk perisai bulat telur, pita merah putih sebagai bingkai dari perisai Tugu Kota Pasuruan
Bintang segi lima atas tugu
Padi seutas dengan 17 butir disebelah kiri, kapas dengan jumlah bunga kapas 8 disebelah kanan.
Laut dan gunung sebagai latar belakang.
Pita putih dengan tulisan motto “SURA DIRA SATYA PATI”
Tugu berdiri tegak ditengah perisai melukiskan sesuatu produk dari pada sejarah perjuangan fisik dimasa lampau yang telah dihasilkan secara gemilang, dan juga merupakan monument Kota Pasuruan yang terletak seolah olah diapit oleh Gunung Tengger dan selat Madura
Abad XVI (dasawarsa pertama) : Pate Supetak adalah Raja di Gamda (Pasuruan)
(1545) Pasuruan ditaklukan oleh Sultan Trenggono dari Demak. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Setelah kematian Sultan Trenggana 1546 di Demak rupanya Pasuruan semakin menjadi daerah yang setengah merdeka. Pada tahun-tahun berikutnya terjadi perang dengan kerajaan Blambangan yang masih beragama Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibukota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan.
Pada 1589 gabungan Adipati Jawa Timur dan pesisir dekat Japan Mojokerto menghentikan gerakan pasukan Senopati Mataram Hadiningrat ke timur, Adipati Pasuruan juga membantu Adipati Surabaya, lawan terpenting penakluk dari Jawa Tengah itu. Ada petunjuk bahwa para pejabat di Surabaya, Kapulungan, dan Pasuruan pada sekitar 1600 berhubungan keluarga.
Pasuruan ditaklukkan oleh Mataram merupakan bukti bahwa Pasuruan merupakan Kadipaten yang amat diperhitungkan menurut HC de Graaf. Mengenai penaklukan Kota Pasuruan, Meinsma Babad, menuturkannya sangat singkat (hlm. 131), sedangkan Babad B. P. (Jil. VIII, hlm. 58-67) menceritakannya panjang lebar. Demikian juga Serat Kandha (hlm. 733-737).
Pengambilalihan kekuasaan kraton Islam di Jawa Tengah oleh Sultan Pajang Hadiningrat tidak menimbulkan keguncangan di Pasuruan maupun daerah Jawa Timur lainnya. Pada 1581M Sultan Pajang Hadiningrat diakui sebagai Sultan oleh Kanjeng Sunan Prapen dari Giri dalam suatu rapat Adipati Pasuruan hadir juga disana. Ada dugaan bahwa penyatuan kekuasaan politik raja-raja Islam Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah pimpinan pemuka agama dari Giri dan Sultan Pajang Hadiningrat juga bertujuan mengatasi ancaman raja-raja di ujung timur Jawa yang dibantu oleh Dewa Agung dari Bali. Adipati Pasuruan yang tlatahnya hampir berbatasan langsung dengan Blambangan, mempunyai alasan kuat untuk mengusahakan persahabatan dengan raja-raja Islam lainnya. Dengan demikian Pasuruan memberikan pengakuan atas kekuasaan kerajaan Pajang Hadiningrat.
Kerajaan yang berdasarkan pada hukum syariat Islam yang ketat sebagaimana termaktub dalam catatan sejarah tentang Raja ulama dari Giri, 1600 M - 1635 M, Wilayah kerajaan Giri meliputi Pasuruan, Giri, Panarukan dan Tuban. Salah satu peninggalan utama adalah daerah Sidogiri.
Berdasarkan sejarah lisan menunjukkan bahwa daerah inilah awal Sunan Giri meletakkan dasar-dasar dakwah dengan membuka langgar sekaligus tempat ngaji ditempat inilah kemudian dinamakan Sidogiri (Jadi Giri atau menjadi seperti Giri).
Kerajaan Giri memiliki kekuasaan yang luas, disamping kekuasaan yang sifatnya fisik seperti di atas, juga mempunyai kekuasaan non fisik, umpamanya jika Raja-raja Mataram pada waktu itu akan dinobatkan, maka terlebih dahulu harus disahkan oleh Giri. Begitu juga kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Jadi sistem yang dipakai adalah sistem agama dimana antara raja dan rakyatnya tidak ada jarak (stratifikasi). Sistem ini mirip dengan yang dilakukan Paus sewaktu akan dinobatkan Raja-raja Eropa pada zaman dulu maka orang Eropa menyebutnya Paus van Java.
Dalam analisa kami tentang argumentasi dan tinjauan yang berbeda, sehingga timbul beberapa pengertian mengenai : masuknya orang Islam ke Indonesia, terciptanya masyarakat Islam, dan berdiri dan terbentuknya struktur pemerintahan Islam di Indonesia, begitupula dengan perkembangan peradaban Islam di Pasuruan.
Dengan mengkaji tiga hal di atas, maka akan dapat diketahui kapan masuknya Islam ke Indonesia, pengertian mana yang akan dijadikan acuan dalam menjelaskan serta pendapat mana yang akan diambil sebagai pedoman yang cukup autentik bagi data sejarah. Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara. Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
Pasuruhan sekarang merupakan bagian yang penting dalam sejarah Majapahit karena, Bermula dari telaah terhadap runtuhnya Tumapel dan Singosari Oleh Jayakatwang pada tahun 1292 M, maka secara umum dapat diterima bahwa berdirinya Majapahit adalah tahun 1292 M atau 1293 M.Groeneveldt berpendapat bahwa kedatangan Meng-Chi, utusan Cina ke Tumapel, tidak jauh dari tahun 1292 M. Berangkat dari ceritera bahwa keberadaan Raden Wijaya sebagai pemilik hutan Terik atas anugerah Jayakatwang, setelah runtuhnya Tumapel pada tahun 1292 M, maka diperkirakan berdirinya Majapahit adalah tahun 1293. Namun demikian tidak terdapat prasasti yang secara jelas menunjukkan titik waktu secara persis. Dari beberapa sumber dapat diperoleh titik waktu yang beragam. Sejarah Nasional Indonesia menyebutkan bahwa penobatan R. Wijaya sebagai Raja Majapahit terjadi pada tahun 1293 M. Prasasti Gunung Butak/Kudadu yang berjangka tahun 1216 C (1294 M), menyebutkan bahwa
Sejarah Pasuruan bermula dari masa Kerajaan Kalingga dalam catatan Tiongkok disebut "bahwa di Cho'po (Jawa) pada tahun 674 M- 675 M, ada Kerajaan yang bernama "Ho-ling" yang memiliki seorang Raja, bernama Si-Ma, tentang letak kerajaaan "Ho-ling" atau Kalingga ini ada tiga pendapat yaitu pendapat pertama mengatakan terletak di Jawa Tengah dan pendapat yang kedua mengatakan kerajaan ini berada di Jawa Timur karena catatan itu hampir sama dengan prasasti yang ditemukan di daerah Dinoyo Kota Malang. Prasasti berbahasa Sansekerta ini menceritakan bahwa ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan penguasa bernama Dewashima yang menggantikan ayahnya bernama Gajayana. Sedangkan pendapat yang ketiga mengatakan bahwa letaknya bisa jadi pada dua daerah itu karena catatan Tiongkok itu juga menjelaskan bahwa antara tahun 742 M - 755 M ibukota Holing dipindahkan ke Timur yaitu ke Po-lu-kia-sieu, oleh Raja Ki-Yen (ada yang menafsirkan kata Po-lu-kia-sieu dengan Pulokerto dan kata Raja Ki-Yen dengan Rakryan yang merupakan gelar seorang bangsawan pada saat itu). Pulokerto ini terletak di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan sekarang ini.
Kita mengetahui bahwa semua barang baik yang bersifat konkrit maupun bersifat abstrak selalu diberi nama, dalam hal ini termasuk tempat hunian maupun tempat yang tidak dihuni (dusun,desa,hutan,dst) Banyak cara orang memberi nama pada suatu tempat, ada yang diambilkan dari unsur nama tumbuh-tumbuhan (flora) misalnya: Pohjentrek, Pasuruan, Puspo, Kepuhrejo. Ada yang diambilkan dari unsur binatang (fauna) misalnya: Keboireng, Gununggangsir. Ada pula yang diambilkan dari unsur alam, harapan, maupun unsur kepercayaan misalnya: Wonorejo, Banyubiru, Ngerong, Sukorejo, Suci, Pawitra. Setiap nama tentu mempunyai makna, paling tidak nama mempunyai dua makna yaitu Makna Tanda dan Makna Simbolis. Karena setiap tempat diberi nama, maka akan mudah membedakan
|
Candi Gununggangsir (before restoration) |
PASURUAN adalah kota Bandar kuno. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan " Paravan " . Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang sangat ramai. Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai.
Pasuruan yang dahulu disebut Gembong merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur yang beragama Hindu. Pada dasa warsa pertama abad XVI yang
|
Potret tugu di Alun-Alun Kota Pasuruan T. 1952
(Dok.DepppenKota Pasuruan-repro DKP) |
Tahun 1671 – 1686
Pasuruan dibawah pemerintahan Bupati Onggo Djojo yang berasal dari keturunan Kyai Brondong, yang kemudian mendapatkan perlawanan dari Untung Suropati, sehingga melarikan diri ke Kota Surabaya.
Tahun 1686 - 1706
Pasuruan dibawah pemerintahan Djoko Untung Suropati dengan gelar Adipati Wironegoro. Tahun 1706 akhir kekuasaannya menghadapi perang melawan VOC di Baging dan beliau mengalami luka berat hingga meninggal, sampai saat ini makamnya tidak diketahui tempatnya, namun bias diketahui adanya petilasan berupa gua sebagai tempat persembunyiannya sewaktu dikejar tentara VOC di pedukuhan mancilan Desa Pohjentrek Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan.
Pasuruan adalah sebuah kota pelabuhan kuno. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan "Paravan" . Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang sangat ramai. Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai.
|
Prasasti Sukci/Cungrang bertarikh 18 September 929 M |
Jaman prasejarah Indonesia ialah jaman semasa belum ada keterangan tertulis tentang Indonesia, baik yang ditulis oleh bangsa Indonesia sendiri maupun oleh bukan bangsa Indonesia. Sedangkan jaman setelah adanya keterangan tertulis disebut jaman sejarah. Waktu bermulanya jaman prasejarah Indonesia, ialah sejak adanya jenis manusia tertua di Indonesia, yaitu Meganthropus Paleo Javanicus, atau manusia besar dari Jawa jaman kuno yang peninggalannya ditemukan oleh Von Koningswald pada tahun 1941 M di desa Sangiran, lembah Bengawan Solo Jawa Timur. Kemudian disusul oleh Pithecanthropus Erectus atau manusia kera yang berjalan tegak, yang peninggalannya ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 M di desa Trinil, Jawa Timur . Masa hidupnya diperkirakan pada jaman Pleistosen kira-kira pada tahun 600.000 sebelum Masehi.
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, serta Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga.
Malam ini saya mencoba menyusun Blog Warung KOPI Pasuruan tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan Kabupaten/Kota Pasuruan (Karisidenan Pasuruan) baik sejarah, budaya, informasi, dll yang sebelumnya saya posting di Halaman Facebook Warung KOPI Pasuruan
Saya berharap adanya masukan dan kritik untuk saling berbagi informasi yang bermanfaat dalam perkembangan Blog ini selanjutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh