Potret tugu di Alun-Alun Kota Pasuruan T. 1952 (Dok.DepppenKota Pasuruan-repro DKP) |
Tahun 1671 – 1686
Pasuruan dibawah pemerintahan Bupati Onggo Djojo yang berasal dari keturunan Kyai Brondong, yang kemudian mendapatkan perlawanan dari Untung Suropati, sehingga melarikan diri ke Kota Surabaya.
Tahun 1686 - 1706
Pasuruan dibawah pemerintahan Djoko Untung Suropati dengan gelar Adipati Wironegoro. Tahun 1706 akhir kekuasaannya menghadapi perang melawan VOC di Baging dan beliau mengalami luka berat hingga meninggal, sampai saat ini makamnya tidak diketahui tempatnya, namun bias diketahui adanya petilasan berupa gua sebagai tempat persembunyiannya sewaktu dikejar tentara VOC di pedukuhan mancilan Desa Pohjentrek Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan.
Tahun 1706 - 1743
Putera Djoko Untung Suropati yang bernama Rahmat menggantikan kedudukan ayahnya dan meneruskan perjuangannya sampai gugur dalam pertempuran melawan VOC .
Tahun 1743
Darmoyudo IV bernama Wongso Negoro Niti Negoro sebagai pengganti Rahmat, sejak itu VOC dapat menguasai pantai utara pulau Jawa termasuk Pasuruan.
VOC menganggap Kota PAsuruan sebagai Kota Bandar karena keberadaan pelabuhannya untuk sarana transportasi perdagangan, akhirnya Belanda mengadakan kegiatan perekomonian dengan mendirikan pabrik gula disekitar Pasuruan.
Bukti lain menyebutkan bahwa sejarah Kota Pasuruan dianggap penting oleh Ahli Belanda dengan dibentuknya Staatgementee Van Pasuruan pada Juli 1916 dan ditetapkannya sebagai Pelabuhan Pasuruan sejak tahun 1926 stbl.1926 Nomor 521 dengan perubahan Stbl 1926 nomor 426.
Tanggal 14 Agustus 1950 menjadi daerah Otonom yang terdiri dari 19 Desa dalam 1 Kecamatan
Tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 Kecamatan dengan 19 Kelurahan dan 15 Desa.
Sumber: http://pasuruan.go.id/profil/sejarah-kota-pasuruan
Pasuruan dibawah pemerintahan Bupati Onggo Djojo yang berasal dari keturunan Kyai Brondong, yang kemudian mendapatkan perlawanan dari Untung Suropati, sehingga melarikan diri ke Kota Surabaya.
Tahun 1686 - 1706
Pasuruan dibawah pemerintahan Djoko Untung Suropati dengan gelar Adipati Wironegoro. Tahun 1706 akhir kekuasaannya menghadapi perang melawan VOC di Baging dan beliau mengalami luka berat hingga meninggal, sampai saat ini makamnya tidak diketahui tempatnya, namun bias diketahui adanya petilasan berupa gua sebagai tempat persembunyiannya sewaktu dikejar tentara VOC di pedukuhan mancilan Desa Pohjentrek Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan.
Tahun 1706 - 1743
Putera Djoko Untung Suropati yang bernama Rahmat menggantikan kedudukan ayahnya dan meneruskan perjuangannya sampai gugur dalam pertempuran melawan VOC .
Tahun 1743
Darmoyudo IV bernama Wongso Negoro Niti Negoro sebagai pengganti Rahmat, sejak itu VOC dapat menguasai pantai utara pulau Jawa termasuk Pasuruan.
VOC menganggap Kota PAsuruan sebagai Kota Bandar karena keberadaan pelabuhannya untuk sarana transportasi perdagangan, akhirnya Belanda mengadakan kegiatan perekomonian dengan mendirikan pabrik gula disekitar Pasuruan.
Bukti lain menyebutkan bahwa sejarah Kota Pasuruan dianggap penting oleh Ahli Belanda dengan dibentuknya Staatgementee Van Pasuruan pada Juli 1916 dan ditetapkannya sebagai Pelabuhan Pasuruan sejak tahun 1926 stbl.1926 Nomor 521 dengan perubahan Stbl 1926 nomor 426.
Tanggal 14 Agustus 1950 menjadi daerah Otonom yang terdiri dari 19 Desa dalam 1 Kecamatan
Tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 Kecamatan dengan 19 Kelurahan dan 15 Desa.
Sumber: http://pasuruan.go.id/profil/sejarah-kota-pasuruan
Post a Comment