Pengambilalihan kekuasaan kraton Islam di Jawa Tengah oleh Sultan Pajang Hadiningrat tidak menimbulkan keguncangan di Pasuruan maupun daerah Jawa Timur lainnya. Pada 1581M Sultan Pajang Hadiningrat diakui sebagai Sultan oleh Kanjeng Sunan Prapen dari Giri dalam suatu rapat Adipati Pasuruan hadir juga disana. Ada dugaan bahwa penyatuan kekuasaan politik raja-raja Islam Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah pimpinan pemuka agama dari Giri dan Sultan Pajang Hadiningrat juga bertujuan mengatasi ancaman raja-raja di ujung timur Jawa yang dibantu oleh Dewa Agung dari Bali. Adipati Pasuruan yang tlatahnya hampir berbatasan langsung dengan Blambangan, mempunyai alasan kuat untuk mengusahakan persahabatan dengan raja-raja Islam lainnya. Dengan demikian Pasuruan memberikan pengakuan atas kekuasaan kerajaan Pajang Hadiningrat.
Pada paruh kedua abad Raja Aros Baya, Panembahan Lemah Duwur yang menjadi menantu Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat, telah berkuasa juga di seberang, yakni tlatah Jawa yang berhadapan dengan tlatahnya di Madura, tlatah itu adalah Sidayu, Gresik, dan Tuban. Raja yang kuat itu mempunyai pengaruh di kraton-kraton tetangganya. Anak perempuannya yang tertua dari pernikahannya dengan putri Pajang Hadiningrat menikah dengan Adipati Kapulungan dari Pasuruan. Seseorang yang bernama Ki Ageng Kapulungan disebut namanya dalam sejarah Jawa mengenai Adipati Pasuruan dan Surabaya.
Pada seperempat terakhir abad ke-16 Adipati Pasuruan berhasil melebarkan sayapnya ke pelosok Jawa Timur hingga tlatah Kediri. Kita ketahui mengenai sejarah kraton penting ini pada abad ke-16. campur tangan pemuka agama di Giri dalam urusan tlatah pelosok itu dari 1548 M -1552 M, mungkin untuk memperkuat atau memulihkan kekuasaan agama Islam di situ. Pada 1579 M serangan pasukan Adipati Pasuruan menghabisi kisah kekuasaan raja di Kediri itu. Di Kediri, salah satu kota utama kraton Majapahit, setengah abad sesudah didudukinya kota kraton yang lama, masih terdapat perlawanan terhadap kekuasaan Narendra Agung Islam di Pajang Hadiningrat. Mungkin juga perlawanan berkobar kembali setelah jatuhnyaKesultanan Demak Bintoro. Tlatah tua itu kiranya berperan penting dalam perlawanan terhadap orang Jawa Tengah. Pada waktu yang sama, Adipati Pasuruan mungkin berhasil memperkukuh kekuasaannya atas bagian tengah Kraton Majapahit, hingga pengikutnya dapat bergerak ke arah barat lewat bagian hilir Sungai Brantas, hingga dapat mencapai Kediri. Adipati Pasuruan ini sudah hampir berhasil memulihkan Kraton Majapahit di Jawa Timur, namun kini di bawah kekuasaan Islam. Mengenai munculnya Trah Mataram Hadiningrat dalam dasawarsa terakhir abad ke-16 disebut juga seorang Adipati Pasuruan. Sesudah menduduki Madiun pada 1590 M, Senopati Mataram Hadiningrat yang masih muda itu di dekat kota tersebut mengalahkan Adipati Kaniten dalam pertempuran berkuda. Adipati Kaniten adalah seorang adipati Pasuruan. Kemenangan dekat Kali Dadung pada 1591 M itu tidak memperluas tlatah Narendra Mataram Hadiningrat ke timur. Sekembalinya, atas perintah Adipati Pasuruan, Adipati Kaniten diprajaya sebagai hukuman karena ia telah mundur perang, suatu hal yang sangat memalukan. Kaniten ini nama daerah, pada permulaan abad ke-16 (tahun 1510 M), telah dicantumkan munculnya keluarga pejabat Kaniten. Seorang adipati Kaniten pada 1590 M atas perintah Adipati Pasuruan, yang menganggap Kediri termasuk tlatahnya, berkewajiban menahan gerakan Senopati Mataram Hadiningrat lebih jauh ke sebelah timur Madiun. Adipati Pasuruan, yang pada seperempat terakhir abad ke-16 berhasil meluaskan kekuasaannya sampai Kediri, di ujung timur Jawa pun bertindak keras. Kadipaten Blambangan pada 1596 M dan 1597 M diserang oleh pasukan Islam dari Pasuruan. Pada 1600 M / 1601 M kota Kadipaten Blambangan direbut oleh Pasuruan. Orang Bali, yang dikirim oleh Adipati Gelgel untuk membantu, tidak dapat menghalang-halangi kraton penting yang terakhir di Jawa. Perluasan tlatah yang dilakukan oleh Adipati Pasuraun pada akhir abad ke-16.
Post a Comment